Bekasi - Cirebon - Ambarawa PP

RIDER : Bro Andry HCST

source : http://gueandry.blogspot.com/search/label/a-turing%20mudik

Jadi begini ternyata rasanya pulang mudik naik motor. Hmmm ... menyenangkan juga dan penuh dengan pengalaman baru. Berikut perhitungan dari kilometer ke kilometer selama perjalanan.

Hari Keberangkatan pukul 05:30 tgl 28 Sept 2008 :

CATATAN KILOMETER
<> 4116.0 - Start Awal Bekasi
<> 4149.0 - Kecelakaan di daerah Kdwaringin, Cikarang
<> 4175.5 - Berhenti mengambil gambar padatnya jalur mudik kendaraan di daerah Cikampek
<> 4195.1 - Break di POM Subang tanpa isi bensin
<> 4215.3 - Break dan Antri isi bensin (Premium 15rb) di POM Pamanukan
<> 4228.0 - Sholat Dhuhur plus sekalian Ashar di Masjid setelah Pamanukan
<> 4327.3 - Berhenti dan menginap di rumah orang tua bro Irwan Handoko (KHCC) di Cirebon, plus isi Bensin (Pertamax 20rb)
<> 4415.1 - Break minum di daerah Tegal - Pemalang
<> 4444.0 - Break dan isi bensin (Premium 15rb) di POM Comal
<> 4489.4 - Break makan minum di Batang
<> 4563.1 - Isi bensin (Pertamax 23.500) di Semarang Atas
<> 4604.1 - Sampai di tempat tujuan daerah Kayumas Ambarawa
<> 4666.0 - Wisata Candi Gedong Songo, plus isi bensin Premium
<> 4677.3 - Berhenti setelah turun dari Candi
<> 4690.0 - Kembali ke Kayumas
<> 4776.0 - Isi Bensin (Pertamax) di POM Kendal
<> 4920.3 - Isi Bensin (Pertamax) di POM Tegal
<> 4956.3 - Perbatasan Jawa Tengah - Jawa Barat
<> 5039.8 - Isi Bensin (Premium) di POM Jatibarang
<> 5146.5 - Isi Bensin (Pertamax) di POM Cikampek
<> 5206.8 - Start Akhir Bekasi

Total KM Perjalanan = 1090.8 KM, *catatan per KM tidak presisi 100% hanya melalui pengamatan speedometer berjalan, hanya bersifat perkiraan saja, maaf jika ada missed pencatatan dalam hal pengisian bensin dll*

RUTE 1 - BEKASI ke CIREBON
Bekasi - Tambun - Cibitung - Cikarang - Karawang - Cikampek - Pamanukan - Patrol - Losarang - Lohbener - Jatibarang - Kertasemaya - Palimanan - Kedawung - Cirebon = 211.3 KM.

RUTE 2 - CIREBON ke AMBARAWA
Cirebon - Kanci - Losari - Brebes - Tegal - Pemalang - Pekalongan - Batang - Weleri - Kendal - Semarang - Ungaran - Bawen - Salatiga - Ambarawa = 276.8 KM

=============
[day one]

Subuh pagi itu 28 September cuaca cenderung cerah untuk menemani perjalanan Bekasi - Cirebon yang sudah direncanakan matang sebelumnya. Izin jalan dari keluarga sudah dikantungi plus support dari rekan-rekan terdekat jadi modal berharga dalam perjalanan. Rute akan mengambil rute standar pantai utara (Pantura) *cek rute diatas*. Perlengkapan aman berkendara sudah terbalut mulai dari jaket turing, celana jeans, sarung tangan turing tebal, sepatu tomkins, protektor siku dan lutut scoyco plus helm baru Ink tipe s5 model trail dengan kaca bening. Terinspirasi petualangan bermotor ala Long Way Down nya Charley dan Ewan perjalanan kali ini akan coba dinikmati semaksimal mungkin, mulai dari kemacetan hingga melesat dengan kecepatan tinggi. Berbekal empat tipe peta untuk mengenal nama kota yang dilewati akhirnya perjalanan pun dimulai dari rute menyisir Kalimalang melintasi Tambun hingga Cibitung menuju Cikarang terus ke Cikampek. Iring-iringan motor pemudik sudah terlihat sejak masuk di jalan besar kota Bekasi, tampaknya teman seperjalanan akan membludak sepanjang perjalanan, 3 hari menuju hari H Iedul Fitri 1429 H.

Padat. Itu yang bisa dirasakan sampai-sampai tidak ada kata untuk kesalahan kalau tidak ingin terjerembab dan menggagalkan perjalanan. Maklum, perilaku negatif mayoritas pengendara ibukota sepertinya akan terbawa ke jalur mudik ini. Benar saja, salah satu pelaku berkendara zig-zag memaksa kendaraan lain kaget dan oleng yang efeknya justru menyenggol stang kendaraan sendiri. Sukses dua motor jatuh terjerambab dengan kecepatan yang lumayan cepat di jalur yang padat. Beruntung full protektor yang dipakai berhasil menahan rasa sakit dan luka akibat dengkul menggerus aspal. Seketika itu juga macet dan dibantu masyarakat setempat kami meminggirkan kendaraan masing-masing. Pengendara Tiger Revo yang hanya mengenakan sarung tangan model setengah harus mau menahan sakit dan luka dan boncenger nya pun tak luput dari cedera. Stok P3K pun keluar mulai dari perban, alkohol hingga plester, hanya ucapan hati-hati yang bisa disampaikan sambil beristirahat sekitar 15 menit memulihkan mental. Kecelakaan pertama yang seperti cukup menjadi pelajaran pentingnya atribut aman berkendara yang lengkap untuk sebuah perjalanan turing yang jauh. Perjalanan harus dilanjutkan sambil mengucap pisah ke pasangan yang masih beristirahat dari syoknya kecelakaan tadi. Ironisnya di jalur berlawanan terjadi lagi satu kecelakaan yang ternyata lebih berat dari yang baru saja kami alami. Alhamdulillah Yang Kuasa masih melindungi dan perjalanan pun berlanjut.

Di Cikampek Selatan inilah 'crowd' kendaraan sudah menyemut, warna hitam helm menumpuk terlihat di kejauhan tanda jalanan sudah mulai sumpek oleh bertumpuknya kendaraan yang merayap lambat. Jalur padat hingga Pamanukan dan benar-benar memakan badan jalan, motor harus rela tersisih karena kerap ada saja roda empat yang tidak mau berbagi. Bagaimana dengan bahan bakar ? jenis bahan bakar yang di konsumsi pun harus berganti-ganti dari Premium ke Pertamax karena memang ketersediaan Pertamax di jalur Pantura terbilang langka. Antrian panjang POM bensin pun menjadi warna tersendiri bagi motor yang butuh minum.

Jenis aspal di jalur hingga Pamanukan sebenarnya terbilang baik dan tidak ada lubang yang berpotensi bikin celaka, cuma memang kondisinya tidak bisa seratus persen dinikmati karena roda dua kadang harus tersingkir amat ke pinggir, badan jalan normal sudah tak cukup menampung kendaraan pemudik siang itu. Baru setelah melewati Pamanukan jalanan terlihat lancar, kemacetan terjadi lebih ke adanya pasar atau pom bensin. Lepas Pamanukan jalur terbilang lancar dan bisa dinikmati setelah sebelumnya berhenti ibadah di masjid yang banyak tersedia di jalur Pantura. Melaju tidak terlalu kencang hingga Cirebon dan sampai di titik temu dengan bro Irwan sekitar pukul 16 jika tidak salah ingat. Berarti perjalanan dari Bekasi memakan waktu tak kurang dari 10 jam. Di perjalanan seperti inilah ancaman dehidrasi senantiasa timbul jadi jangan sungkan untuk berhenti minum melepas dahaga demi menjaga mata tetap awas di tengah perjalanan. Laju bus-bus besar juga menjadi perhatian tersendiri, lengah sedikit saja tanpa cek spion akan membawa banyak perubahan situasi jalan. Belum lagi efek angin samping ketika melintas rute persawahan, kewaspadaan keseimbangan kendaraan juga harus jadi perhatian.

Setelah jalan panjang dan melelahkan, di Cirebon inilah akhirnya break panjang dilakukan hingga pagi hari, terima kasih buat bro Irwan dan keluarganya yang baik hati, malamnya dapet jalan-jalan keliling kota Cirebon, makan Somay plus melihat kencangnya 5 biker klub Tiger Cirebon melaju ... ride safe bro ! Malam pun tidur nyenyak hingga pagi tiba.






=============
[day two]

Bangun Subuh, dan mendapatkan sarapan gulai, maklum lagi-lagi tidak puasa benar-benar jadi bekal istimewa perjalanan hari ke 2 menuju Ambarawa. Setelah dikawal menuju jalur utama Cirebon akhirnya kami berpisah di rute masing-masing. Menuju perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah situasi jalan sama padatnya seperti jalur Pamanukan kemarin, adanya pasar tumpah, POM bensin, menumpuknya kendaraan, badan jalan yang kecil membuat situasi semakin membuat gerah perjalanan. Semua kendala keruwetan baru perlahan usai setelah melintasi Brebes menuju Tegal. Jalanan aspal di rute menuju Tegal terbilang kurang mulus karena banyaknya efek bumpy yang membuat motor kerap oleng jika ingin bermain di kecepatan tinggi. Baiknya memang di lintasi siang hari ketimbang malam dimana potensi jalan yang tidak mulus bisa luput dari perhatian.

Akhirnya dengan lega kendaraan memasuki kota Tegal, kota yang lama tidak dikunjungi sejak wafatnya kakek-nenek yang tinggal disini. Melalui daerah pinggiran Tegal menuju Pemalang lalu lintas ramai lancar dan terbantu oleh kondisi jalan mulus menyusuri sisi utara pantai Jawa. Mulus, lebar 4 lajur dan lancar menjadi santapan tersendiri di jalur ini, terus menuju daerah Pekalongan hingga Batang. Naik turun membelah bukit di kota kecil Batang benar-benar nikmat, dan sekali lagi harus tetap waspada apalagi jika bis besar yang angin dan klaksonnya mengagetkan. Di Batang ini akhirnya menyempatkan diri break di tengah jalur perbukitan menyantap mie rebus dan air es kelapa segar plus ibadah siang dan mengistirahatkan kaki.

Ketersediaan bahan bakar Pertamax juga sama langkanya seperti perjalanan di hari pertama jadi memang terpaksa harus gonta-ganti jenis dari Premium hingga Pertamax. Tapi ini bukan jadi masalah besar karena masalah ini tertutupi dengan nikmatnya perjalanan. Belum mengenal jalan tidak berarti harus tersasar karena petunjuk arah jalan benar-benar banyak tersedia mengarahkan setiap kendaraan yang hendak menuju Semarang, Solo atau Jogja.

Setelah membelah kota Semarang, rute Ungaran - Bawen - Salatiga pun terlampaui dan menuju Ambarawa, sengaja mengambil jalur Salatiga meski terhitung jarak nya lebih jauh karena ingin saja melihat suasana pinggir kota Salatiga menuju Ambarawa. Jarak Bawen ke Ambarawa menuju desa kecil Kayumas sebenarnya bisa dipangkas dengan menempuh rute dalam kota Ambarawa melewati museum Kereta Api Kuno, tapi ya itu tadi keinginan melewati Salatiga menyingkirkan niat memangkas jalan via Ambarawa.

Berangkat dari Cirebon kurang lebih jam 6 pagi dan tiba di Ambarawa sekitar pukul 3 sore yang berarti total waktu tempuh kurang lebih 9 jam. Menyenangkan tiba di tujuan.






=============
[day three]

(30/9) Lama tidak mengunjungi objek wisata yang satu ini, Candi Gedong Songo menjadi salah satu target perjalanan saat liburan di Ambarawa. Lokasi nya terbilang rada sulit ditemui buat yang pertama kali datang kesini karena petunjuk arah yang tersedia hanyalah ke arah Bandungan. Jika datang dari arah Bawen memasuki pasar Ambarawa cermati posisi Bank BCA di sisi kiri jalan, arah ke Bandungan ada di seberangnya (sisi kanan), jalan ini memandu arah ke lokasi wisata Bandungan dan Candi Gedong Songo. Kelokan dan tanjakan tajam kerap ditemui jadi jangan salah memakai gigi kendaraan ketimbang menjadi lemah saat naik yang membuat mesin meraung tinggi. Buat yang tidak siap dengan bahan bakar, satu POM bensin resmi ada di pertigaan menuju Candi Gedong Songo, tetap Premium menjadi konsumsi utama yang disediakan. Dari POM tersebut ini posisi Candi naik sekitar 3 KM, tanjakan makin curam sementara hawa dingin yang dulu sudah bisa dirasakan sejak siang kini berubah lebih panas, isu pemanasan global ? tidak tau juga.

Setelah parkir dan menitipkan sepatu boots dan helm, akhirnya tiket seharga 6000 rupiah pun dibeli dan naik berjalan kaki masuk ke pelataran candi. Masih coba mengingat pengalaman pertama kali saat kesini tapi justru tidak teringat apa-apa selain makanan sate kelinci yang dulu sempat dicoba. Hari itu pengunjung termasuk sedikit, karena memang belum masuk hari raya sementara pedagang makanan memilih tutup karena masih adanya ibadah puasa. Segelintir pengunjung coba memaksimalkan sepinya rute jalan. Penasaran ingin sampai di puncak candi, ga perlu pikir panjang akhirnya naik kuda juga. Jalan naik turun berbatu seolah ingin memangkas jalan akhirnya kesampaian juga di candi ke-9, candi yang terhitung paling tinggi. Dari ketinggian inilah pemandangan perbukitan dapat di lihat dengan jelas apalagi saat itu cuaca tengah terang.

Rute balik ke bawah melintasi pemandian air panas belerang dan beberapa candi lain sepanjang jalan turun. Kios-kios masih tampak belum menunjukkan kegiatan, menurut si empunya kuda betina Anjani, si bapak memberi info bahwa biasanya baru hari ke 2 Lebaran dan seterusnya wisata candi ini akan tampak sibuk oleh pengunjung. Secara umum semua pemandangan tampil menakjubkan, hanya angin dingin yang ternyata tidak sedingin dulu ditambah coret-coretan pengunjung yang memadati bangunan pos-pos candi. Kotor. Harusnya pihak candi langsung menindak pelaku dan menghukumnya untuk menyapu pelataran candi selama 6 hari berturut-turut. Informasi detil pengetahuan soal candi bisa langsung googling menggunakan kata sandi " Candi Gedong Songo". Di tulisan ini sih hanya sekedar serapan pengalaman saja mengenai indah tidaknya candi.

Kelar wisata seorang diri ... *kasian ya*, akhirnya turun dari tempat wisata, mesin seolah tak perlu di nyalakan karena jalur turun terhitung ada yang curam adan yang landai yang membuat roda tetap berputar tanpa harus berhenti dan menggerung mesin. Puas karena sudah mencicipi rute naik turun candi dengan motor plus menunggang kuda dengan tarif 50ribu hingga ke puncak candi di atas bukit.
=============
[day four]

(01/10) Tidak banyak aktifitas bermotor yang dilakukan pagi hari karena ini sudah hari H Lebaran 1429 H. Tepat jam 7 jalan ke masjid untuk Ied bareng warga setempat, kelar 2 rakaat lanjut khotbah dengan full menggunakan bahasa Jawa, diem sejadi-jadinya karena antara ngerti ga ngerti tentang khotbah yang diutarakan. Kelar semuanya penduduk desa memiliki tradisi mengeluarkan segala macam jenis penganan yang diumbar di pelataran masjid. Semua bebas tukar menukar penganan mulai dari makanan kecil hingga makanan berat seperti nasi dan lauk pauk. Jadi teringat mendiang ibu kalau beliau suka sekali ikutan mengambil jatah penganan yang ada di masjid ini, pulang-pulang terkadang membawa lebih dari segenggam makanan kecil rupa-rupa, tapi tahun ini sudah tidak ada lagi sosok ibu.

Diluar perjalanan mudik ternyata si kecil sudah demikian tidak betah harus tinggal di tempat adik ipar plus mertua ditambah jadwal penerbangan yang harus dilakukan bundanya si kecil. Di antara keinginan ingin lebih lama tinggal untuk sekedar mengeluarkan diri dari penat ibukota akhirnya diputuskan untuk kembali lebih awal yaitu keesokan harinya.

Sedari kemarin sempat punya keinginan untuk sedikit melakukan wisata kuliner, apalagi kalo ingat warung bakso yang mangkal di pagasar Jetis, enak banget, Akhirnya ketimbang ga punya waktu makan-makan, tujuan kota Salatiga adalah tujuan perjalanan sore hari. Ternyata pasar Jetis sedang mengalami renovasi dan pastinya warung bakso itu tutup, ga mau terlihat kalah akhirnya nge-gas mencari warung bakso lain yaitu Bakso Babat di tengah kota sibuk Salatiga, meski masih banyak toko terlihat tutup warung Bakso Babat seharga 10 ribu plus es teh manis iani tetap buka. Lumayan, masih sempat makan bakso. Akhirnya ya pulang untuk persiapan perjalanan esok hari.

Mengharap sepi, justru keadaan di Kayumas semakin ramai karena keluarga dari Jogja turun full team, yang ada ya main, main dan main belum lagi ajakan obrolan hingga malam, baru sekitar jam 9 dan 10 malam ruangan mulai sepi karena sudah pada kelelahan bermain. Tutup mata untuk beristirahat kemudian bersiap pulang, besok.
=============
[day five]

(02/10) Pagi yang demikian dingin jam 6 baru membuka mata dan bangun dari sofa, maklum seluruh kamar dan kasur terpakai oleh kerabat wanita dan anak-anaknya, yang pria harus rela 'kelekaran' di lantai menggunakan alas alternatif yang untungnya tetap kebagian jatah bantal, itu yang penting. Sarapan dan berpamitan perjalanan baru akan dimulai sekitar jam 8.30 pagi. Setelah meninggalkan uang pengganti penginapan sekaligus untuk bantu-bantu saudara yang mengurus rumah peninggalan kakek-nenek, akhirnya semua berkumpul di teras menemani persiapan 15 menit mengenakan dekker siku dan lutut, cukup makan waktu tapi harga keselamatannya bisa terbayar. Sementara Honda City Sport One juga telah siap ditunggangi setelah kemarin sesaat sebelum ke Candi Gedong Songo menyempatkan untuk ganti oli di AHASS pasar Ambarawa.

Ada sedikit kekhawatiran karena di perjalanan ini tidak ada lagi kesempatan menginap seperti halnya di hari pertama, target awal adalah komplek pemakaman Panggung Tegal yang lokasinya berdekatan dengan stasiun Tegal. Lama tidak hadir disini yang ada hanya 'pangling' karena sudut kota telah berubah banyak sampai tak mengenali lagi jalur jalan yang dulu lebih mudah diingat. Warna-warna biru mendominasi sudut kota lengkap dengan lalu lintasnya yang hari itu terlihat cukup lengang. Pemakaman Panggung Tegal adalah tempat makam kakek nenek dari bapak yang mau tidak mau harus dikunjungi karena sudah ada amanat mampir karena sudah sekian lama tidak ada yang mengunjungi. Kurang lebih jam 14.30 sudah memasuki kota Tegal, cuaca terik tidak mengalahkan semangat berkendara hari itu. Sempat terpikir untuk mencari losmen kecil demi melanjutkan perjalanan keesokan harinya, keinginan itu juga datang karena ingin mencicipi malam kota Tegal yang lama sudah tidak dirasakan. Lihat jam tangan sepertinya dari sisi waktu masih cukup mengejar matahari sebelum terbenam demi melintasi jalur membosankan di jalur Pantura. Setelah mengisi perut di RM Pi'an dengan menu nasi khas Tegal dan es teh manis akhirnya diputuskan tidak perlu menginap dan mencoba menekan gas sesegera mungkin dengan target jam 22 sudah harus sampai di rumah di Bekasi.

KM menunjukkan 4920.3 di pom bensin kota Tegal, lalu lintas ramai lancar. Isi pertamax dan langsung melanjutkan perjalanan dan berpisah dari kota Jawa Tengah di KM 4956.3, total hanya 36 km dari Tegal menuju perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Seperti halnya saat berangkat jalur ini aspalnya terbilang cacat karena ada saja lubang-lubang kecil yang bisa saja mengganggu kecepatan perjalanan, sikap hati-hati harus ditunjukkan ekstra di jalur ini. Melintasi Cirebon dengan mata awas terus melihat papan penunjuk arah ke Jakarta agar tidak sampai keliru arah dan bisa memperlambat perjalanan, ternyata saat mata awas pun ada saja rambu penunjuk arah yang terlewat, mata kaget karena alur perjalanan sedikit menanjak, berbeda dengan suasana jalur Pantura, benar saja ternyata muncul gapura besar "Selamat Datang di Kabupaten Majalengka". Perjalanan sudah cukup lama dan harus menerima keadaan salah arah, terpaksa berbalik karena ini justru arah menuju Bandung dan bukan melintasi Pantura melewati Bekasi nantinya. Untung saja banyak tanda yang mengarahkan kembali ke Pantura menuju Jatibarang. Akhirnya di Jatibarang ini motor kembali isi bensin dan terpaksa menenggak Premiun, KM menunjukkan 5039.8, total 119,5 km Pertamax menipis dari kota Tegal, strip masih 2 bar dan tidak ingin mengambil resiko sampai bar berkedip. 119.5 km dengan 20 ribuan Pertamax sejauh yang teringat sudah cukup membuat hati puas dari sisi keiritan sebuah Honda City Sport One. Perjalanan pun berlanjut mengejar matahari yang kian tenggelam di Pantura sementara ada keinginan untuk tidak terjebak gelap di jalur Subang.

Waktu tak bisa dikejar, akhirnya merasakan juga perjalanan malam (sore) yang gelap setelah mampir beribadah Magrib di salah satu masjid di pinggir jalur kota Subang. Ganti baju dan membuat diri lebih fresh karena perjalanan selanjutnya akan lebih memaksa mata tetap awas karena kondisinya yang berubah drastis dari sebuah perjalanan siang hari. Lepas beribadah dan kembali melakukan perjalanan, kali ini musuh utama perjalanan malam datang dari bis-bis besar Pantura berkecepatan tinggi yang rentan membuat oleng motor, belum lagi mobil-mobil pribadi yang sama cepatnya seolah mengharap jangan sampai mereka tidak melihat kehadiran para pengendara motor di lajur kiri. Idealnya pengendara motor yang gemar jalan malam harus melengkapi diri untuk lebih terlihat (visible) di mata pengendara lain. Bisa dengan mengenakan jaket ber-scotlite yang dapat memantul cahaya dari kejauhan plus nyala lampu belakang baik lampu rem dan lampu sein yang mutlak harus dalam keadaan normal. Tetap awasi spion menanti setiap perubahan yang mungkin terjadi, tiap 8 detik cek spion sepertinya harus lebih di percepat menjadi tiap 2 detik, setidaknya itu yang dirasakan agar tidak muncul efek 'ciluk ba' dimana kendaraan lain sudah ada di buntut motor. Tetap pandang perjalanan di depan sejauh mungkin dan atur pergerakan mata untuk tetap memantau spion. Jalan malam di Pantura setidaknya menjadi situasi tidak ideal dan pilihlah jalan siang karena tingkat visibilitas bisa tercapai maksimal.

Di KM 5146.5 akhirnya kembali harus isi bahan bakar dan kali ini sudah mencapai daerah Cikampek. Total 106.7 km dari terakhir isi bahan bakar dan tetap tidak ingin mengambil resiko kehabisan bensin saat berjalan dan memilih reload tiap indikator menunjukkan masih 2 bar. Di daerah ini lah keadaan lalu lintas menjadi lumayan padat. Mungkin karena ini jadi jalur pertemuan bagi kendaraan yang baru saja lepas dari tol Cikopo. Keadaan aspal jalan berubah tidak mulus yang membuat kecepatan tidak bisa dipacu sekencang di jalur Pantura. Satu hal yang harus jadi perhatian pengendara adalah keharusan untuk tidak terlena di saat-saat akhir perjalanan. Biasanya pengendara menjadi lebih agresif karena kemunculan rasa ingin cepat sampai di tujuan dimana hal ini riskan membuat pengendara menjadi tidak fokus yang bisa mengakibatkan celaka. Ada benarnya karena malam itu pacuan CS1 menjadi sedikit tidak beraturan karena terlena arah penunjuk jalan yang sudah demikian dekat dengan Bekasi - Jakarta. Beruntung masih cukup di lindungi oleh Yang Maha Kuasa yang akhirnya pada KM 5206.8 kendaraan pun akhirnya menepi di pinggir pagar rumah di kota Bekasi, waktu belum menunjukkan pukul 22 (21.30) yang berarti target tercapai dari perkiraan awal mengejar jam 22 tiba di rumah. Alhamdulillah 1090.8 km pulang dan pergi sudah berhasil di lewati.

BANYAK-BANYAK TERIMA KASIH BUAT :
Allah SWT atas kesempatannya, Keluarga tercinta atas ijin perjalanannya, film turing inspiratif 'LONG WAY DOWN' ala Charley Boorman dan Ewan Mc Gregor (Nat Geo Channel), keluarga besar bro Irwan KHCC atas fasilitas inap dan substitusi P3K nya di Cirebon, bro Bubu KHCC yang terus saling monitor via SMS tentang situasi perjalanan di keberangkatan, member KHCC, RSA dan HCST atas supportnya, peta perjalanan mudik yang di-provide AHM-Wahana, Cybermudik hingga Indosat meski tidak sempat mampir di pit-stop nya, pemerintah daerah yang menyediakan aspal baik selama perjalanan, keluarga besar Soedomo di Kayumas Ambarawa, tempat-tempat ibadah saat mampir dan tukang penjaja makanan-minuman di jalur perjalanan dan lain-lain sebagainya yang sulit diingat untuk disebut satu per satu. Yang paling utama, thanks buat teman baik perjalanan, HONDA CITY SPORT ONE B 6193 KPL dan seluruh perlengkapan 'Safety Riding' maksimum dari INK s5, sarung tangan, jaket turing hingga dekker lutut-siku yang menjadi pengawal keselamatan perjalanan. Can't wait to ride for the next journey. It's the journey, not the destination. Enjoy it all by Riding Safely.

0 comments

Make A Comment
top