Menembus Batas Maksimal Manusia dan Yamaha Jupiter

RIDERS : YAMAHA JUPITER OWNER COMMUNITY

source

=====================================

Hanya satu kata yang bisa mewakilinya. “ Gila, Gokil dan Gendeng “. Kondisi cuaca dan alam yang berubah-ubah menghadang rombongan turing tahun baru ke Bromo ini. Hujan, badai angin, lumpur, banjir, lautan pasir, kabut dan jalan aspal telah kami terjang demi satu niat bersua dengan saudara sesama pengguna Jupiter. Apapun yang terjadi selama semangat brotherhood membara, kita maju terus.

H-2, intensitas komunikasi lebih meningkat. Koordinasi via phone dan web tidak ada matinya. Antara Jogja dan Surabaya. Bencana alam menghadang dari segala penjuru. Wilayah selatan jalur Wonogiri, Trenggalek, Ponorogo dan Madiun dihajar longsor dan banjir bandang. Wilayah tengah jalur Karang Anyar dan Tawang Mangu juga ketutup longsor dengan korban jiwa sekitar 64 orang. Wilayah Solo, Mantingan dan Ngawi ada banjir yang memutuskan jalur utama berhari-hari. Wilayah Utara Blora, Cepu dan Bojonegoro juga terjadi banjir luapan Sungai Bengawan Solo segaris dengan Ngawi. Akses ke Jawa Timur ketutup total. Jalur2 alternatif kami pantau dari media massa dan elektronik terus kita share bersama.Hingga ada setitik harapan begitu ada kabar dari Media Radio dan bro Jaris yang keluarganya di Ngawi pada Minggu Siang 30 Des yang mengabarkan jalur Ngawi bisa dilewati walaupun kanan kirinya masih seperti lautan. Basah dehh he..he

Trip dimulai dengan memasuki kawasan wanawisata Air Terjun Coban Rondo didaerah Pujon. Kami bertemu dgn rombongan YJOC Chapter Jogja yang terdiri dari 4 motor dan 7 orang (Bro Denjol + Istri, bro Jaris + Wil-nya, bro Kamarasta + Ceweknya dan bro Aichan). Sementara kami dari YJOC Chapter Surabaya terdiri dari 2 motor dan 2 orang (Bro Pandora dan Bro Agung BBS), Bro Opieq dan Pacarnya menyusul di Koperasi Susu Batu.

Memasuki kawasan Coban Rondo, kami disuguhi rimbunan hutan pinus, segarnya hawa pegunungan dan sedikit sisa2 kabut yang tampak malu-malu. Niat awal kita mo mandi2 dulu terutama yang dari jogja. Menuju ke kamar mandi umum yang terletak di tempat perkemahan Ground 1 – 4. Jalan menuju kesana awalnya menanjak dikit terdiri jalan berbatu lama kelamaan berupa tanah becek yang licin. Ban belakang yang kehilangan traksi hingga sliding kerap terjadi. Tapak lebar dan Pattern Ban model racing sangat merugikan disini. Aksi dorong motor pun terjadi. Karena kondisi kamar mandinya yang tidak manusiawi akhirnya kami tidak jadi mandi disitu. Menghela napas sejenak, lalu turun sambil pilih2 tanah yang bisa buat pijakan manusia dan motor. Resiko terpelanting mengancam kami.

Bak seorang atlet Cross Country dengan menggunakan motor Gas-Gas, rem pun ditekan bergantian depan – belakang. Rpm dijaga. Diusahakan jangan sampai ban mengunci yang membuat motor turun meluncur bebas. Bro Kamarasta dah 2 x cinta tanah air disini padahal kita semua turun dari motor nuntun pelan2.
================
Fyuh …
Hitung2 olahraga pagi. Menuju ke air terjunnya. Pengunjung masih sedikit, waktu itu pukul 08.00 WIB. Sifat narsis pun mulai bermunculan disini he…he. Puas bergaya bak model majalah sobek kita lanjut keluar dari kawasan ini menuju Wisata Payung 2 sekitar 2 km dari Coban Rondo. Istirahat sejenak di warung model gazebo di lereng2. Nyam2 jagung bakar hangat meluncur ke perut yang lain lagi BRUNCH. Sambil menunggu rombongan dari YJOC Malang Chapter yang mau ikut kita ke Bromo, kita tidur-tiduran.

Flash Back sejenak..
Ohya, malam hari tanggal 30 des waktu kami YJOC Chapter Surabaya berangkat menuju kota Singosari. Kita kedatangan tamu rombongan dari YJOC Malang Chapter terdiri dari 7-8 orang. Bertempat di kediaman bro Deni, member dari Surabaya yang gak bisa ikut ke Bromo karena mo dipinang he..he. Kita ngobrol ganyeng hingga jam 1 malam.

Back to topic..
Pukul 10.30 WIB Senin 31 Des, muncul bro Reza dari YJOC menyusul di Payung 2 terus pukul 11.10 WIB datang lagi bro Doyox dari YJOC. Pukul 11.40 WIB kita meninggalkan Payung 2 menuju Koperasi Susu Batu. Disitu kita bertemu bro Opieq dan Pacarnya terus bro Syahdeli dan Pacarnya dari YJOC. Sambil makan siang lagi kita menunggu yang lagi nyusu. Pukul 13.00 WIB berangkat menuju kos2an bro Reza yang sedang mengambil bekal buat ikut ke Bromo. Kota Batu dan Malang yang ramai mewarnai perjalanan kami.

Babak utama dimulai…
Diputuskan lewat jalur Nongkojajar, perhitungan rute lebih singkat dan view-nya yang cantik. Jalur berkelok naik turun sepi dan semilir angin sejuk menemani kami. Sampai di sebuah tikungan menjelang pasar Nongkojajar kita berhenti sejenak. Mengabadikan moment dan saya lagi benahi rantai dan rem belakang motor bro Reza dari YJOC. Begitu ketemu bengkel terdekat kita minta tolong untuk melumasi rantai2 kering motor habis kehujanan. Sambil menunggu beberapa member yang lagi giliran sholat.

Trip berlanjut tetap berkelok2, jalanan mulai menanjak melewati pemukiman dan menyusuri tebing2 dengan pantulan sinar matahari barat. Sungguh cantik. Cukup sampai disini. Medan selanjutnya mulai menantang dengan tikungan tajam hairpin yang menanjak. Kabut pun mulai turun. Beberapa bekas longsoran berupa tanah gembur dan ranting pohon disana sini bermunculan. Kewaspadaan mulai meningkat. Jalan yang sempit 2 arah memaksa kami membunyikan klakson setiap kali ketemu tikungan dibalik tebing. Sesekali memantau kondisi atas tebing siapa tahu ada tanda2 longsor lagi.

Mendekati daerah Wonokitri, jalanan tertutup oleh lumpur tanah becek 10-20 cm. Dengan susah payah kami melaluinya. Untung pagi harinya, kami dah latihan di Coban Rondo he..he. Alur bekas ban yang dilewati motor lain menjadi pilihan kami. Ekstra hati2 plus sliding dan terjerembab disana sini mewarnai sepanjang perjalanan. Hari menjelang senja. Dominasi lumpur terus mendominasi hingga 14 km sebelum Bromo ada pertigaan dengan kondisi yang lebih manusiawi. Kami putuskan lewat disitu karena medan yang satunya lebih parah lagi. Menjelang magrib kami memasuki pintu masuk Ngadisari.

Saat – saat menegangkan…
Sebelumnya kami mengisi bensin di pedagang eceran disitu. Antisipasi kemungkinan terburuk. Sialnya, bensinnya seperti dicampur gak murni. Terasa sekali selepas loket jalanan menanjak. Performa motor terasa berat dan ngelitik. Hujan mulai mengguyur. Langit sudah gelap. Kabut pun turun tebal. Jarak pandang terbatas. Bro Opieq sebagai leader. Jalan menikung tajam kadang disertai turunan dan tanjakan. Hingga kami ketemu persimpangan pos jaga. Kekiri lewat G. Penanjakan ( Titik tertinggi dikawasan Bromo 2.600 dpl ) sementara kekanan menuju lautan pasir. Diputuskan kekanan dengan asumsi kemungkinan rute tertutup melihat kondisi cuaca yang tambah buruk.

Jalanan berbatu menurun terus disertai tikungan tajam. Bekas longsoran dikanan kiri. Gigi satu jadi pilihan kami dari pintu masuk sambil kombinasi rem depan belakang. Jalanan licin dengan aliran air deras dari posisi belakang kami. Jantung dipaksa deg-degan. Kanan kiri berupa tebing dan pohon besar2 tampak berdiri hitam dan kokoh. Bau belerang menyengat sepintas. Kalo menurut bro Reza-YJOC baunya seperti bangkai. Memang kadang bagi orang yang tak terbiasa seperti bau bangkai / darah basi. Tapi siapa tahu betulan karena hujan berguyur deras otomatis bau2 tajam terhapus oleh hujan dan angin hiiii…ngeri (Mungkin ini ada hubungannya dengan peristiwa yang akan terjadi nanti ).

Pada satu tikungan tajam menurun, motor bro Opieq macet rem belakang kondisi terkunci ketika dia berhenti mendadak karena tidak kelihatan kondisi jalan depan. Fenomena ini terjadi akibat sorotan lampu jauh dari motor dibelakangnya membentur kabut menciptakan tembok visual. Saya bermaksud menolong. Motor pelan2 aku pinggirkan. Namun tetap gak bisa karena begitu distandar samping motor akan meluncur. Rem mesti ditekan depan belakang. Kemiringan sekitar 45 derajat. Saya coba posisi melintang. Jalanan tambah licin dan pengaruh curamnya, saya tidak bisa menguasai keseimbangan motor hingga saya lepas aja tuh MX jatuh daripada orangnya ikut juga. Uhh..berat banget mengangkat tuh motor, yang lain gak berani menolong. Karena posisi pada tekan rem depan belakang agar tidak meluncur dibelakang bro Opieq. Akhirnya Foxy lady-nya bro Opieq yang menolongi mengangkat tuh motor. Tiba2 rem belakang motor bro Opieq dah gak macet lagi. Perjalanan dilanjut memasuki lautan pasir.

Jalan beberapa meter dilautan pasir. Motor bro Opieq kembali berulah. Baut penahan paha rem belakang hancur. Kami pun berhenti. Badai mulai terjadi, angin menderu2 dan rintik hujan yang miring2 dari sebelah kanan. Dingin mencekit mulai menghinggapi kami. Sekitar 5-10 menitan kita stagnan disitu. Saya berusaha menolong mencarikan baut penggantinya. Begitu jok dibuka, angin langsung menerbangkan sarung tangan yang ditaruh dibalik jok. Gak ketemu juga. Rombongan yang lain mulai cemas. Diputuskan rombongan Jogja + YJOC duluan meninggalkan kami rombongan Surabaya yang masih berkutat benahi trouble. Diambilkan baut dari pengikat plat nomer untuk sementara.

Kerasnya angin dan hawa dingin membuat tangan mengencangkan baut memakan waktu lama sekitar 10menitan. Brrr…kami Chapter Surabaya melanjutkan perjalanan sambil melihat jejak ban yang mereka tinggalkan. Menyusuri pasir kita kehilangan arah mereka. Coba tenang kita ambil lurus kekiri mencoba memutari G. Batok yang dibaliknya ada G. Bromo. Kita terhenti begitu jalan didepan dah ditumbuhi rumput. Pasti salah nih pikir kami. Bro Agung angkat suara sepertinya tadi Chapter Jogja ambil kanan. Ya udah kita balik kucing terus mengikuti saran bro Agung.

Badai semakin menderu jalanan kembali buntu. Dari kejauhan tampak samar2 lampu kendaraan. Namun begitu kami dekati dah hilang. Kondisi semakin panik, masing2 punya pendapat arah sendiri2. “Ok, yang merasa yakin jadi leader,” pendapat bro Opieq. Leader pun saling bergiliran. Hawa dingin dibawah 5 derajat, tubuh basah kuyub dan terpaan angin membuat kita tidak bisa konsentrasi. Benar2 BLANK waktu itu semua tampak gelap. Kita tidak tahu arah dan posisi kita berada sekarang. Kasihan foxy lady-nya bro Opieq dan bro Agung yang tampak menggigil. Perkiraan kita berputar-putar dilautan pasir hampir 1,5 jam seperti kena akar timang kembali ke posisi semula.

Intermezzo….
Percaya gak percaya kejadian rombongan kedua kemungkinan berhubungan dengan kejadian yang dialami rombongan pertama. Selepas meninggalkan kami masing2 seperti mendengar suara teriakan seorang perempuan minta tolong,”Tolooongg” terdengar nyaring ditengah hujan badai angin. Masing2 menganggap itu perasaan pribadi aja. Anehnya semua member pada mendengar suara tersebut waktu dicross checkan keesokan harinya. Cuma posisi terdengarnya berlainan ada yang dari kiri dan kanan. Dominasi yang kiri. Kalaupun itu suara yang terbawa angin mestinya dari kanan. Dan nyaring. Sebagai gambaran waktu saya mengklakson bro Agung jarak 10 meter aja tidak kedengaran kalah dengan deru angin. Keesokan harinya waktu kondisi semua tenang,saya dan bro Reza-YJOC mencoba merangkai semua kejadian tadi malam. Kemungkinan yang minta tolong tersebut korban yang meninggal di lokasi dimana kita mencium bau busuk terus teriak minta tolong sama rombongan pertama untuk mengambil jasadnya. Namun tak dihiraukan sehingga menimpakan pada rombongan kedua dengan menyesatkannya. Berharap mendapatkan teman di alam baka. Ha….ha….agak ngaco sih. Selepas mengetik ini bulu kuduk langsung merinding di kantor sendirian. Celingak celinguk kanan kiri lalu kabuuurrr.
================
Kebesaran Illahi….
Kita tetap berusaha optimis kala itu. Setiap ada lampu dikejauhan kita coba mendekatinya. Beberapa kali itu terjadi. Sungguh, waktu itu saya merasa benar2 rindu dengan Illahi. Tiada tempat bertanya hanyalah Dia seorang. Hanya cahaya kemuliaan-Nya yang menerangi hati malam gelap gulita. Motor beberapa kali sempat kehilangan keseimbangan diterpa angin. Lengan dituntut menekan kuat dengan segala upaya biar ada traksi. Kepala rasanya ditampar berulang-ulang. Setitik harapan ketika dari kejauhan tampak sebuah mobil Kijang yang berhenti ditengah padang rumput. Sepertinya terjebak lumpur pasir. Kita berjuang mendekatinya klakson tak hentinya dibunyikan berikut lampu isyarat. Rimbunan rumput tinggi tak kami hiraukan walau kami sadar motor Jupiter bukan motor trail. Batu aja kita lompati (Kijang kale..) apalagi rumput. Bro Agung coba bertanya,”Pak, tahu jalan menuju Cemoro Lawang”. “Ya, saya tahu. Tapi tolong adik bantu kami keluar dari lumpur,” ujar salah seorang dari 2 penumpang didalam mobil tersebut.. Mereka dari Singaraja-Bali. Saya, bro Agung, Mbak Yanti (Foxy lady bro Opieq) dan bapak tersebut mendorong keluar mobil Kijang plat DK. Selepas terjebak bapak tersebut baru berucap,”Maaf dik, kami juga tidak tahu jalan keluarnya.” Duankk.. rasanya kepala dihantam batu. Keputusasaan menghampiri kami lagi. Semangat coba dibangkitkan lagi.

Ok, show must be go on…..
Pengendara motor didepan mobil dibelakang. Dipisahkan jarak 10-20 meter. Begitu pasir aman dilewati, baru mobil melaju perlahan. Sampai di satu keputusan yang mesti kami ambil. Mengikuti arah kerlipan lampu kiri atau kanan. Si bapak dalam mobil berpendapat. Satu motor kekanan dan satu lagi kekiri. Ntar yang berhasil nemu jalan kembali lagi melaporkannya. Yaela…. Nih bapak enak bener, dia kan didalam mobil sementara kami diguyur hujan badai. “Dah, gini aja pak. Mending kami berempat berlindung di mobil dulu. Kalo pikiran dah tenang dan kondisi badai agak baikan kita bantu deh,” bilang saya pada mereka. Karena saya lihat kondisi bro Agung dan mbak Yanti dah payah. Sejenak mereka terdiam, akhirnya mereka setuju. Aku panggil bro Opieq dari kejauhan yang masih tidak mengenal lelah mencari jalan. Mbak Yanti duluan masuk mobil disusul bro Agung. Saya masih mengatur posisi motor disamping mobil Kijang biar terlindung dari angin. Lampu sein motor bro Agung saya nyalakan buat pertanda posisi kami. Mestinya sekalian lampu utama. Khawatirnya kondisi bbm yang mepet tidak sanggup bertahap menghidupkan motor hingga 2 jam kedepan. Hawa dingin dan efek bensin campur tadi membuat motor tidak bias langsam dengan normal.

Malaikat maut mencoba merangkul….
Saya kemudian masuk dalam mobil disusul bro Opieq. Semuanya masuk berikut helm dan jas hujan yang masih terpakai. Bro Agung dah gak kuat lagi dinginnya. Mengigil dan Ngoceh2 berbicara sendiri. “Aduh..bisa mati beneran nih anak,” kata saya dalam hati. Jangan2 kena HIPOTERMIA. Sebisa mungkin membuatnya sadar. Makanan mulai kami jejalkan masuk kemulutnya. Pisang didalam mobil kami paksa dia makan dengan menyuapinya karena tangannya dah tak kuat pegang sendiri buah pisang. Saya peluk erat sambil sesekali mengajak bercanda. Diusahakan semua dalam keadaan sadar.

Kejadian yang sama terjadi pada istri bro Denjol yang hampir pingsan hingga buru2 booking 1 kamar hotel terdekat dilokasi. Urusan mahalnya harga peak season bukan jadi soal. Dibanding nyawa manusia. Pikiran ajal yang mendekat bergelayut di kepala mbak Sisy istri bro Denjol.”Siapa yang kasih susu anakku kalo tak tinggal pergi,” ujarnya. Anak2 yang lain menyewa rumah penduduk dengan 3 kamar sebagai tempat bernaung sambil menunggu kabar dari kami yang masih tersesat. Mbak Rika, foxy lady bro Jaris sampai menangis begitu di sms kabar mbak Sisy

Setelah kondisi agak baikan. Hati dan pikiran mulai tenang. Paling tidak kami masih bias berlindung didalam mobil. Walaupun angin masih keras menghajar. Kaca mobil dibuat bergetar keras. Kami mencoba menghibur diri. Niat awal bertahun baruan di lautan pasir terlaksana juga bahkan lebih dramatis lagi dibawah ancaman badai he..he. Bro Agung juga sempet2nya minta untuk mengecilkan Ac mobil. Padahal mobil tersebut gak ada Acnya. Dilihat jam di hp kurang 2 jam kurang menuju pukul 24.00 WIB. Seperti ada petunjuk, kenapa tidak minta pertolongan pada rombongan pertama pada waktu melihat sesosok hp tergengam ditangan. Kami optimis mereka berhasil sampai di Cemoro Lawang. Saya suruh bro Agung tuk kontak bro Jaris. Dengan suara terbata-bata dia minta tolong buat mencari pertolongan pada masyarakat sekitar. Bro Jaris masih berpendapat gak ada yang dimintai tolong dalam kondisi cuaca seperti ini. Selang beberapa waktu dia sms minta ditelpon lagi karena gak ada pulsa….wakakakak. Untung korbannya punya modal pulsa kalo enggak gimana jadinya. Dia berpendapat kami harus cari jalan berlapis beton terus ada tonggak di sepanjang kanan jalan. Kukatakan sekali lagi kalo kondisi kita tidak memungkinkan untuk menyusuri pasir lagi. Dan lagi kita buta arah kemana yang mesti dituju. Perdebatan mulai terjadi antara saya dan bro Jaris. Dia masih bersikukuh untuk mengikuti patok sementara saya ingin mereka segera memanggil tim SAR untuk menyelamatan kami. Hingga saya emosi terlontar kata2,” Basi sekali lagi perkataan mu basi banget. Pokoknya segera panggil tim SAR kalo gak ya udah sekali lagi basi.’ Atmosfir dalam mobil menjadi tegang lagi.

Bantuan mulai datang….
Kami pasrah untuk terus menunggu didalam mobil hingga pagi tiba. Berharap kondisi mobil masih sanggup bertahan. Sebuah sms masuk mengabarkan kalo ada tim SAR yang menjemput kami tandanya ada stick lamp merah yang diacung2kan mereka. Horee….dari kejauhan tamapak lampu mobil mendekat kadang menjauh. Lama sekali keadaan ini berlanjut. Bro Opieq minta si pengemudi Kijang untuk menyalakan lampu hazard dan memainkan lampu dim. Sebuah mobil double cabin warna hijau bertuliskan Polisi Kehutanan mendekat. 3 orang turun dari mobil. Bercakap2 dengan si pengemudi Kijang. Kami, pengendara motor diminta mengikuti mereka sementara mobil Kijang baru dibelakang kami. Baru jalan 5 meter mobil tim SAR berplat B merah tersebut kejebak ban depan kiri ke genangan Lumpur sementara mobil Kijang juga mengalami hal serupa karena terlalu lama berhenti di satu titik rendah dengan beban bertambah dari kehadiran kami.

Dicoba berkali2 tetap tidak bergeming. Salah satu dari mereka bermaksud memanggil mobil yang lain dengan kawat sling. Berboncengan dengan saya melaju menuju pos bantuan diatas. MX melaju dengan mantapnya diikuti oleh bro Agung dan bro Opieq dibelakang. Sementara mbak Yanti disuruh menunggu di mobil Kijang. Jarak kami bertiga sangat timpang sekali. Bapak petugas tersebut dengan lihainya melewati medan pasir yang berupa jadi lumpur. Ban belakang kerap sliding namun tidak menggangu pengendaliannya.. Jarum speedo menunjuk angka 70 km/jam. Edan, kita aja tidak berani lebih dari 20 km/jam. Jalan menanjak digebernya. Sampai pos pintu masuk lokasi diatas, kami diminta menunggu. Dia kembali ke lokasi membawa beberapa orang lagi. Sambil menunggu di warung saya dan bro Agung pesan teh panas langsung sruput rasanya jadi seperti teh hangat suam2 kuku. Sementara bro Opieq masih berdiri mematung di pintu warung menunggu dengan cemas foxy ladynya. Tidak lama berselang mobil Kijang tadi dah berhasil naik sampai pos jaga. Selepas saling berterima kasih dan tidak lupa tukar kartu nama mereka meninggalkan kami. Pulang ke Bali. Tidak lupa turut mengundang kami kalo mau sowan ke Bali.

Terima kasih Tuhan…
Kami kembali ke warung minum teh dan membayarnya lupa karena panik mengejar mobil Kijang yang membawa mbak Yanti dan barang2 kami. Dituntun pemilik rumah yang disewa anak2 kami ditunjukan posisinya. Begitu sampai didepan pintu masuk rumah yang dalam keadaan gelap gulita hanya diterangi lilin. Tampaknya listrik padam sepanjang kawasan Cemoro Lawang. Saya spontan berteiak,”Allahu Akbar.” Dan sujud syukur di depan pintu. Bro Jaris pun menghambur minta maaf kalo seenaknya meninggalkan kami yang sedang ada kendala motor. Begitu juga bro Aichan yang gak enak hati meninggalkan. Karena pertimbangan nyawa lebih banyak manusia lagi yang mesti dibawa dengan selamat.

Penutup…
Banyak cerita bergulir untuk menghangatkan suasana. Hp dalam keadaan low batt semua. Anak2 YJOC yang menyusul pun tidak tahu lokasi kami. Mereka ternyata menyusul lewat rute yang kami lewati. Begitu menjelang Wonokitri jalan didepan tertimbun lumpur lebih padat dibanding yang waktu kami lalui. Hingga diputuskan memutar. Begitu dipersimpangan mereka memilih lewat Penanjakan karena ngeri melintasi lautan pasir.

Sewaktu makan pagi di warung. Saya, bro Reza, bro Agung dan bro Aichan. Membahas lokasi kami tersesat tadi malam. Kebetulan di tembok ada peta lokasi kawasan G. Bromo dan gunung2 disekitarnya. Selepas turun menuju lautan pasir harusnya belok kiri mengelilingi G. Batok ½ lingkaran baru ketemu G. Bromo dan patok jalan. Seperti yang dialami rombongan pertama yang kebetulan ketemu mobil L 300. Sementara rombongan kedua malah kekanan menjauhi G. Batok. Karena Cemoro Lawang terletak dibelakang G. Batok.

Fyuhh…akhirnya selesai juga review ini. Capek dehhh. Tapi tak membikin kapok untuk berturing dengan saudara YJOC lainnya. Salam Brotherhood.


PANDORA_151
Korchap Surabaya

===========================






0 comments

Make A Comment
top